Jejaring sosial? Pro dan kontra

Media jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter dll. termasuk aplikasi messanger seperti YM, GTalk, WhatsApp dsb, seyogyanya merupakan alat komunikasi instan dan pembangun jaringan sosial yang positif. Namun demikian, tergantung penggunanya, alat-alat ini juga dapat berdampak negatif bila pengguna tersebut tidak pandai-pandai dalam mengelola apa yang ditulisnya. Berapa banyak orang berpacaran, berselingkuh dan berzina menggunakan sarana ini. Berapa banyak trafficking dan transaksi jual beli barang haram menggunakan sarana ini. Berapa banyak orang yang dituntut, didenda dan dipenjara karena statusnya di Facebook dan Twitter, berapa banyak suami/istri yang bercerai atau saudara/teman/kerabat yang berselisih/berbantah-bantahan dan bahkan memutus silaturrahmi melalui media ini.

Mari kita ingat satu hal: “Apa yang kita tulis, itulah ucapan kita dan cerminan hati kita”. Itulah sebabnya, para pemuka agama memiliki banyak pendapat mengenai media ini. Jika untuk membangun bersilaturrahmi, penyambung kekerabatan antar keluarga yang berjauhan, maka FB merupakan alat yang positif. Untuk berbagi kebahagian (share foto wisata, keluarga, kelahiran bayi, pernikahan dsb) maka FB diperbolehkan. Namun untuk ghibah, mencerca, mencaci, mencemooh, menyindir, mengadu domba, beropini negatif (apalagi dengan orang yang tidak pernah berinteraksi secara langsung), chat dengan lawan jenis (apalagi yang sudah bersuami/isteri), nge”like” foto bukan muhrim, upload foto tidak senonoh maka jelas-jelas merupakan hal yang tidak diperbolehkan.

Sedemikian pesatnya perkembangan teknologi digital, telah menggantikan semua yang manual. Sedemikian besar antusiasme peminat dan pengguna, beberapa media jejaring sosial pun telah banyak mengeluarkan “Syarat dan Ketentuan” yang lebih ketat. Para developer sudah mulai cuci tangan dengan aplikasi yang mereka bangun, agar terhindar dari dampak yang terjadi bila media ini dijadikan tempat silang sengketa dan tindak kriminal.

Dahulu banyak orang dikurung dalam jeruji besi karena goresan pena di atas kertas atau buku. Sekarang, kita ingat kasus Prita Mulyasari yang sempat mendekam di penjara karena tulisannya di milis terkait RS Omni Internasional…Opininya dianggap serius oleh pihak tertentu, meskipun pernyataan Prita bukan di atas kertas bermaterai. Dahulu orang ditangkap karena ucapan yang didengar oleh saksi. Kini banyak pengadilan yang menghadirkan bukti-bukti percakapan berupa SMS, rekaman telepon, instant messenger, FB, Twitter dsb. Saking seriusnya, ada perusahaan yang membuat film dengan judul “Setan Facebook” Kita jangan lihat para pemain atau alur ceritanya yang gak jelas, tapi makna yang disampaikan film tersebut. Bagaimana seseorang bisa gantung diri setelah pernikahan dengan tunangannya dibatalkan, gara-gara seseorang iseng menulis status di dinding (wall) nya.

Intinya, ayo kita gunakan media jejaring sosial ini dengan baik. Sesuatu yang instan akan menghasilkan akibat yang instan pula.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s